Home » , » COKELAT VALENTINE UNTUK BI IMAH

COKELAT VALENTINE UNTUK BI IMAH



Hana melihat Dima, kakaknya, sedang sibuk membungkusi beberapa batang cokelat bersama teman-temanya.  Mereka terlihat sangat riang dan heboh. Hana sangat ingin tahu untuk apa cokelat-cokelat itu, mengapa harus dibungkus dan dihias secantik itu?

            ”Kak Dima, untuk apa sih cokelat sebanyak itu?” tanya Hana.
            ”Ini untuk bingkisan valentine, sayang,” jawab Dima cuek.
            ”Valentine? Apaan sih, Kak?” Hana penasaran.
            ”Yaaa...ini urusan orang dewasa, Hana. Kamu kan masih kecil, jadi belum saatnya  tahu.”
            Hana kecewa tidak mendapat jawaban dari Kak Dima. Sebenarnya apa sih Valentine itu? Ia berlalu dari kamar Kak Dima dengan rasa penasaran.
            ”Bi Imah, Bibi tahu tidak cokelat Valentine?”
            ”Ah, Non Hana ada-ada saja. Mana ada coklat Valentine? Yang ada mah cokelat Silverqueen atuh. Non Hana salah baca ya...?”
            ”Enggak, Bi...! Tadi Kak Dima bilang, katanya cokelat yang baru dibungkusi itu untuk Valentine. Nah, Valentine itu apa?”
            ”Wah, Bibi nggak tahu. Temannya Non Dima mungkin? Kenapa nggak tanya saja sama Non Dima?” jawab Bi Imah.
            ”Hhh...hh! Bibi...!” gerutu Hana kesal. Biasanya Bi Imah tahu tentang banyak hal kalau Hana menanyakan sesuatu. Tapi mengapa sampai Bi Imah tidak tahu tentang Valentine ya?  Ah,  bertanya pada Mama saja nanti.
            Sambil menunggu Mama pulang kantor, ia menonton TV. Tetapi aneh, TV pun menyebut-nyebut Valentine, juga dengan cokelat. ”Apa sih valentine?” desah Hana.  Ia semakin tak sabar menunggu Mama pulang. Tetapi waktu seperti bertambah panjang saja saat  menunggu.
            Sore hari,  saat Mama dan Papa minum teh di teras depan, Hana mendekati Mama. Ini saat yang tepat untuk mencari tahu tentang Valentine pada Mama, pikir Hana. Hana menceritakan apa yang dilakukan Kak Dima bersama teman-temannya.
            Mama tertegun sejenak, memandang Papa, dan kemudian tersenyum kecil, ”Oh, begitu. Jadi Hana penasaran ya?” tanya Mama.
            ”Iya. Mama pasti tahu tentang Valentine kan?”
            ”Mama tahu, Papa juga tahu, iya kan, Pa?”
            ”Benar, tapi kan Mama yang ditanya,  jadi Mama juga yang harus menjawab,” jawab Papa.
            ”Baiklah Hana, dulu-dulunya Valentine adalah nama seorang pendeta di Itali. Beliau itu menyerukan agar masyarakat saling mangasihi dan menyayangi, tidak saling menyakiti. Bapak Valentine juga mengajak semua orang untuk mengungkapkan kasih sayang itu secara khusus, misalnya dengan cara memberikan bingkisan atau hadiah,” jelas Mama.
            ”Hadiahnya dari cokelat, Ma?”
            ”Bisa dengan cokelat, dengan bunga, dengan gambar, dan lain-lain.”
            ”Nah, ajakan Bapak Valentine itu diserukan tanggal 14 Februari. Makanya untuk mengenang jasa Bapak Valentine, setiap tanggal 14 Februari dirayakan sebagai Hari Kasih Sayang. Pada hari itu kita dianjurkan untuk mengungkapkan kasih sayang kepadaorang lain yang kita cintai,” Papa menambahkan.
            ”Tapi kata Kak Dima, Valentine itu untuk orang dewasa ya  Ma?”
            ”Oh, sebenarnya tidak begitu, Nak. Siapa pun boleh mengungkapkan kasih sayang. Tapi, memang kebanyakan orang dewasa yang merayakan Valentine. Seperti Kak Dima dan teman-temannya itu.”
            ”Cokelat yang dibungkus Kak Dima untuk siapa?”
            ”Ya...untuk orang yang dicintai Kak Dima, bisa gurunya, bisa temannya, bisa juga adiknya, atau siapa saja?”
            Hana mengangguk-angguk tanda mengerti. Pantas cokelatnya banyak sekali, cantik-cantik lagi. Pasti banyak orang yang akan diberi bingkisan. Hana juga ingin melakukan hal yang sama. Membeli cokelat, menghiasnya, dan memberikan kepada orang yang dicintai. Hmm..menyenangkan.
            ”Ma, Pa, Hana juga ingin membeli cokelat. Hana ingin menghiasnya juga seperti Kak Dima. Hana ingin merayakan Valentine seperti Kak Dima...,” kata Hana merengek.
            Hana diantar Mama dan Papa membeli cokelat di supermarket. Ternyata banyak juga yang belanja cokelat. Hana sibuk memilih cokelat. Akhirnya ia mendapatkan cokelat yang diinginkannya. Sebuah cokelat dengan ukuran cukup besar, berbentuk bintang, dengan kemasan yang sangat cantik. Hana tersenyum puas, dan hanya satu cokelat itulah yang dibeli.
            Esok paginya, tepat tanggal 14 Februari 2008, saat sarapan pagi, Hana membawa cokelat yang sudah dihias dan ditempeli kartu ucapan cantik.
            ”Hmm...pasti ini cokelat Valentine buat Mama, iya kan?” tanya Mama.
            Hana menggeleng, ”Mama kan disayang Papa, jadi nanti pasti diberi cokelat sama Papa.”
            ”Kalau begitu, buat siapa dong? Buat Kak Dima ya?”
            ”Huh..., Kak Dima kan sudah punya banyak cokelat...?”
            Papa, Mama, dan Kak Dima saling pandang. Mereka bertanya-tanya, siapa yang akan mendapat cokelat besar nan cantik dari Hana? Tetapi rasa penasaran itu segera terjawab saat Bi Imah melintas.
            ”Bi Imah..., ini hadiah untuk Bibi. Selamat Valentine, Bi Imah! Hana sayang sama Bibi,” kata Hana tanpa ragu.
            Bi Imah kaget, begitu juga Papa, Mama, dan Kak Dima. Hana membeli cokelat hanya satu, dan cokelat satu-satunya itu untuk Bi Imah?
            ”Non Hana...? Bibi rasa, Non Hana tak perlu memberi hadiah untuk Bibi. Tanpa hadiah, ini pun Bibi akan tetap sayang sama Non, karena Non Hana anak yang manis dan baik,” jawab Bi Imah. Matanya berkaca-kaca karena terharu.
            ”Tapi cokelat ini Hana beli khusus untuk Bibi. Hana sangat sayang sama Bibi karena Bibi selalu membuatkan telor dadar, membuatkan susu cokelat, mendandani Hana kalau mau sekolah...?”
            ”Sudahlah Bi, terima saja cokelat itu biar Hana senang. Hana benar, Bi Imah sangat baik pada kami, jadi pantas diberi hadiah,” kata Mama menahan tangis.
            ”Ini Bi, mudah-mudahan Bi Imah suka. Ini namanya cokelat Valentine Bi, karena Hana sayang sama Bibi.”
            Bi Imah menerima coklat cantik itu, kemudian mendekap dan menciumi Hana. Hana bengong dan heran mengapa tiba-tiba Bi Imah dan Mama menangis. Tetapi sebelum mendapat jawaban, Hana harus segera bergegas karena mobil jemputan ke sekolah sudah menunggu di depan. Hatinya senang bisa mengungkapkan kasih sayang dan terima kasihnya pada Bi Imah.
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Binawa Litera - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger